12 Effect of Multiplatform Game : Part 1

Posted by akhar Sabtu, April 09, 2011, under | No comments

Kali ini saya akan mempostingkan mengenai beberapa hal bagaimana game-game multiplatform telah memberikan hal-hal yang negatif kepada pc gaming. Ternyata ada seorang penulis asing dari majalah Maximum PC, Nathan Grayson, yang juga sependapat dengan penulis, bahwa memang game-game Multplatform dalam beberapa hal telah mempengaruhi game pc baik positif maupun negatif.

Saya sendiri bukanlah seorang anti konsol, sebab disatu sisi saya pun senang dengan adanya  keanekaragaman game konsol yang ikut menyemarakkan atau memberi darah baru game pc yang akhir-akhir ini, tengah lesu kurang darah. Penulis pun bersyukur pula bahwa beberapa game konsol bisa masuk ke pc, itu lah sebagian dari sisi positif game-game multiplatform


Akan tetapi, disisi lainnya, sulit untuk dibantah bahwa game-game konsol secara langsung atau tak langsung membawa beberapa hal negatif kepada pc gaming. Sebenarnya, Penulis menginginkan ada game konsol yang lebih banyak lagi masuk ke PC, tapi dengan catatan mereka harus bisa dan mampu mengadaptasikan diri ke dalam pc gaming, bukan sebaliknya yakni malah pc gaming-lah yang harus mengadaptasikan diri ke dalam game-game Multiplatform itu. Dan apa yang terjadi di lapangan, sebagian game-game Multiplatform mengharuskan pc gaming tuk beradaptasi dengan mereka, bukan sebaliknya.

Bagaimanakah gamer pc, sebaiknya melihat hal itu semua?? Maka, oleh sebab itulah penulis menerjemahkan artikel dari Nathan Grayson,  Maximum PC dan pandangannya terhadap adaptasi PC gaming ke mesin konsol.

1. Glitch Port/Penundaan Rilis

Mari kita mulai dengan resiko Multiplatform 101: portingan yang buruk.

Hal ini bisa mengambil banyak bentuk, bahkan sampai saat ini, selama ini para developer bekerja tanpa kenal lelah demi persamaan platform, yang terlalu mirip. Dari game Resident Evil 4 hingga GTA IV, sampai kepada banyak game yang tanpa angka empat dalam judulny, fun-killing, bahkan sampai game yang setengahnya penuh bugs yang mendera begitu banyak game PC kelas AAA pada saat perilisan. Intinya, tak bisa dimaafkan.

Kemudian, satu hal lagi, penundaan Rilis portingan yang tanpa pejelasan. Misalnya, Seri Assasin Creed dari Ubisoft, yang mengalami penundaan hingga setahun tanpa sebab, kecuali rumor-umor spekulatif mengenai cara mengatasi pembajakan. Tapi hasil akhirnya malah menambah pembajakan. JIka para developer menganggap gamer pc sebagai warga negara kelas dua, maka jangan kaget jika mereka akan melakukan segala cara untuk menjadi warga negara kelas satu.




2. Dumbed-Down Sekuel

Sejujurnya, kami membenci kata “dumbed-down”, sebab hal tersebut sering melukai semuanya termasuk game-game yang melakukan perubahan secara berarto, terlepas apakah itu perubahan yang baik atau buruk. Misalnya, Mass Effect 2 sebagai hal yang streamlined (efisien). Crysis 2 juga terlihat mengikuti hal yang sama. Namun, dalam beberapa hal ada game yang malah terlihat bekas-bekas hal yang buruk disana sini. Contohnya, seri DAO awal sudah jelas sebagai rpg klasik ala Dungeon and Dragon, penerus seri Baldur gate, gameplay yang komples.

Sekuelnya, Dragon Age II, malah terkesan sebagai game penyederhanaan ala konsol daripada prekuelnya, ditambah dengan peta level yang monoton dan membosankan, menghancurkan image DAO. Seringkali, para Developer bukannya malah mengangkat isu-isu semacam ini, melainkan malah berusaha memperkenalkan game-game khusus pc yang populer kepada para gamer konsol. Akibatnya, sebuah hasil produk yang buruk yang akhirnya tak cocok untuk ditempatkan ke semua platform game yang ada.



3. Masa Depan Bukan Sekarang

Teknologi Game-game konsol setidaknya telah berusia lima tahun, kecuali untuk Wii:
Quote:whose innards’ shelf date came and went shortly after shelf dates were invented).

Dalam sebuah game yang berbujet besar, ada sebagian fakta yang tak terhindarkan, memanfaatkan kesempatan dari hardware game terbaru bukanlah hal yang sederhana secara ekonomis bagi para developer, karena sebagian besar para konsumen masih belum mampu mengejar akan ketertinggalan teknologi hardware.

Tanpa diragukan, kita sebagai pc gamer yang mampu memiliki hardware terbaru, dan kita juga telah mampu melihat hasilnya, semua berkat tech demo baru-baru ini dari Epic dan Crytek dkk, meskipun kesempatan-kesempatan untuk mengetes teknologi tersebut secara nyata, termasuk sedikit dan saling berjauhan jarak perilisannya antara yang satu dengan yang lainnya.

Bagi para pembuat game konsol, sulit untuk dikatakan, kapan mereka akhirnya bisa memutuskan merilis sebuah hardware+software “next-gen”. Sistem Kinect dan MOve, hanya merupakan pengembangan lebih jauh dari hardware konsol mereka yang telah berusia lima tahun, meskipun kedua hal itu sukses dipromosikan dalam dunia marketing. Ditambah, banyak developer yang konsisten dalam memahami arsitektur perangkat keras. Dengan kata lainnya, jangan buru-buru. Jadi bagi para pc gamer, hal itu bisa berarti, “semakin cepat, semakin baik situasinya”, tapi kenyataannya justru sebaliknya.



4. Kontrol dan Interface yang Buruk


Ketika sebuah game menggunakan cara cepat yang ‘terpaksa’, untuk berpindah dari konsol ke pc, maka hal pertama yang sering menjadi korban ialah cara kontrolnya. Mulai dari isu-isu kecil, semacam cara penggunaan menu utama yang sering memaksa gamer untuk lebih menggunakan tombol panah daripada tikus, hal tersebut contohnya dalam seri Star Wars The Force Unleashed 2, semua konversi kontrol tikus+kibord serta setingan interface yang menyedihkan dan buruk rupa, sama seperti prekuelnya, juga muncul disemua tempat.

Faktanya ialah, format tikus+kibord dengan gamepad adalah hal yang sangat berbeda, jauh sekali perbedaannya, yang bagi sebagian pihak merupakan hal yang biasa tapi bagi pihak lainnya termasuk suatu mimpi buruk. Hei, bukankah kita sebagai pc gamer bebas memodifikasi beberapa tombol dalam kibord+tikus kan??? Dead Space 2 berkata “tidak” (Untungnya, setelah di kritik habis-habisan oleh publik, akhirnya EA memperbaiki hal tersebut dengan merilis patch baru). Lho, ini sudah era 2011, masa pc game masih perlu tambalan hanya untuk memperbaiki model kontrol dan interface-nya?


5. Tiada Dukungan Mods

Pada setiap perlombaan besar menuju finish, yang hampir mencapai deadline perilisan suatu game, kadangkala para developer harus melakukan langkah mundur dan menyadari jika mereka akan ketakutan untuk memasukkan “Semuanya” ke dalam satu paket, ‘berdiri sendiri’ dan “the kitchen sink.” Meskipun mods adalah bagian yang tak terpisahkan dalam dunia pc gaming, tapi bagi dunia konsol hal itu hanyalah sebuah impian yang sangat jarang terjadi. Hasil akhirnya?? “Ya, kita akan merilis mods tools resmi dalam beberapa waktu mendatang,” yang berarti dalam bahasa industri sama artinya dengan:

Quote:“You are currently on hold. Your business is important to us. Listen to this looping track of light jazz for the 15th time.”


Bersambung

Nah, bagaimana menurut Anda sendiri? A-khar akan melanjutkan kembali topik pembicaraan mengenai ‘penyatuan’ pc gaming dan mesin konsol di artikel selanjutnya. di tunggu yah...

0 komentar:

Posting Komentar